Thursday, November 13, 2008

Balapan Derita

Si awan larat menyunting lagi kamar lara hati
si pekaka di dahan temilang nun di sana
betapa ia mahu sekali menggugurkan isi perutnya
kerana ia cemburu sekali bila mendengar cerita cinta
dari bayu yang berpuput riang dan bersedir halus
tatkala itu, dedaun lembari leka mengusik bayan
yang bertapa di dahan pedada..

Kita hanya manusia biasa
yang tidak mampu ada hidup jernih
bak si awan larat, pekaka, bayu mahupun bayan
kita hanya manusia biasa
yang tidak mampu mengopek isi hati
insan kerdil lain untuk melihat ke mata jiwa
kita hanya manusia biasa
yang tidak mampu menarah segunung kasih
seorang fakir yang berkelana di puncak agung
sedangkan kita hanya di kaki-kaki mereka
kita tidak mampu berbuat apa
untuk menolak balapan kerikil derita ini..

Kita seakan alpa lagi
akan gersangnya tanah hati
yang akhirnya, bisa memanah bahang rakus
di dada manusia...
kita seakan lupa lagi
akan kontangnya kolam sukma...
yang akhirnya, bisa memancut gelodak benci
di lubuk perut cinta manusia
kita seakan leka lagi
akan kesah dentuman sanubari
yang akhirnya, bisa meletuskan degum lahap
di anjung luka gerimis fikir manusia..

Ombak pesona kasih dan simpati
harus bisa bertakhta pada pundak atma manusia
agar ceritera perit yang menjadi balapan derita
insan yang hidupnya hanya dipanah kuasa agung
bisa menghirup jua udara nyaman segar
yang bertunjangkan benih-benih kasih..
yang menitis ke bumi hati mereka
menjadi titis-titis embun yang membasahi
setiap celahan alam impian yang bisa subur kembali
menjadi tamsil harapan yang takkan pernah...
layu di tasik dunia

Hasil Nukilan : Firdaus Fikri
Machang , 17 Januari 08, 11:28

Warkah Buat Bonda


Sadarulkalam ku ucap buat kesekian kalinya
warkah ini ku dendang dengan muncung pena
hanya buat bonda yang sarat hidup gelita
menanggung sengsara, merintih siksa pada jemari resah
menarah kasih hanya pada Yang Esa...

Ku kucup dahimu berulang kali
ku tatap parasmu bukan sekali
ku layarkan mantera duka ke pengkalan hidupmu
timbul persoalan yang tiada mampu untuk ku ertikan
ku rasakan dingin benar pusara kasih
yang menebar tenang di atma aulia mu

Biarpun bergelegak bumi dan bergegar alam
biarpun roh ini melayang kaku ke Baitul Izzah
biarpun berdetak jiwa ini menuju Loh Mahfuz
kebulatan janji hakiki dan kasih ini
takkan pernah padam hingga senja berlabuh
hingga ke pecutan makam liang lahad...

Darah yang rakus mengalir ini
bukti agung cinta ini
pantai jiwa yang melanda hebat hati ini
takkan bisa henti rasanya berombak kencang
aku hanya bisa merangkak, lalu rebah tersungkur
di penghujung saat yang kian tenat ini...

Di hutan pasrah itu,
ku kenang kembali detik-detik bahagia mu
hilang ditabrak manusia kejam
di sanggar sukmaku yang mengeluh getir
di waktu itu, kau melihat ke langit
menanti debar suara semangat sang camar
yang bisa memberi ruang azali
untuk di kau hidup dan kembali lagi
dengan tekad sasa di dunia caruk ini..

Bonda, ku tahu batinmu masih terpenjara
oleh kerakusan insan yang menagih alpa
oleh lahap manusia yang ketagih nafsu jalanan

Bonda, ribatat antara kita tidak bisa amberol lagi..
aku hanya pinta kamu pulang...
pulang ke duniamu, dunia kita...
kita ukir semula kisah dan lembar kasih
kita dayung kembali bahtera kehidupan

Warkah ini akan menjadi saksi..
dan panji bahagia...

Bondaku, pulanglah....

Karya Khas : Firdaus Fikri
Machang, 16 Januari 08, 11:18

Peta Fikir


- Puisi Sains -

Di bawah bumbung fikir ku ini
aku mengerti akan sirah Tuhan
yang mengukir janjang emosi dan rasa
antara rumah hati dan pokok jiwa
aku mula mengimbas kuasa agungNya
yang mencipta peta fikir manusia biasa

Di bawah tanah fikir ku ini
aku menjengah akan kuasa awan serebrum
yang menjadi lipatan hemisfera minda
mengawal jalan-jalan mental hakiki
menjulang putik-putik deria azali
mendamba bait-bait otot-otot rasa
mencitrakan kita fakir yang bisa berfikir
untuk menjadi insan sempurna di sisiNya

Di bawah teduhan fikir ku ini
aku terpegun akan agungnya kampus serebelum
yang menjadi wira koordinasi otot setia
mengawal mulut-mulut badan selautan insan
ia tidak pernah jemu untuk berjuang
dan berjalan ligat mengikut suratanNya

Di hadapan gelombang cakera serebelum
aku mencoret fikir yang menjadi anugerah ini
pada kerangka medulla oblongata gigih
yang peka mengatur tindak spontan manusia
dan rela ia menjunjung amanat pusat buku refleks
tubuh-tubuh manusia kaku ini di persada bumi
menjadi catatan rasa setiap khalifah

Di laman hipotalamus gagah
yang berbekalkan keringat tenang darah
ia galak melayarkan sauh osmosis ini
membuka lembar suhu titipan Yang Esa
yang mengoncangkan keranda aliran hormon
di ukir ligat aturan kalenjar pituitari tenang
yang maha tabah di dunianya yang berliku..

Di dunia fikir ku ini
aku menyaksikan penat lelah cakerawala otak
yang rela bekerja bersama di bawah rangka saraf
betapa besar kalam koordinasi ciptaan Tuhan
yang mengajar aku akan bayu kuasaNya
yang membawa aku ke lembah keinsafan..

Nukilan Cakera Sains : Firdaus Fikri
Machang, 18 Januari 08, 06:25

Suara Akah


Dunia ini dunia aku
penuh bicara manis dan serapah kata
mekar pada ufuk mimpi parah
memercikkan tempias alam
dalam radif tenang, teraju indah
membuka pintu zaman abadi..

Alam ini alam aku
bisa aku dengar rintihan yuyu
bisa aku lihat lagak tongkol
bisa aku kenal mat jiwa pari
murni benar suara zamin ku ini

Negeri ini negeri aku
abuh dengan bisik ulit hati tenang
segala kehidupan di dasar kasih
tanpa ada kufu dan darjat
tanpa ada getik tohmah dan kesumat
tekad memburu bianglala rindu

Daerah ini daerah aku
bisa aku tolak kerakah agul
bisa aku peluk anjar maras
bisa aku cium pasir getir
terpancar dari wajah agal tua

Aku hanya akah cabuk yang pasrah
tak mampu bersuara lantang
tak mampu berdiri tinggi
tak mampu melangkah gagah
aku hanya pinta dunia sunyi ku
agar tiada lipur di ambang usia

Aku tak rela daerah ini hilang
di pagar rakus manusia..

Coretan Alam : Firdaus Fikri
Machang, 20 Januari 08 , 04 : 23

Darjat Pusaka Ibunda


Kita kopak kembali biasan budaya
kita kenang kembali ungkapan budi
yang memantulkan unggul khazanah bangsa
yang membiaskan agungnya pusaka ibunda
satu suara lantang yang membisikkan kalimah
pada telapak hati nusa merdeka

Dalam menerjah angin saat ini
galbu budaya melayu kian mulur
taring dunia kian mencengkam halus
cakerawala pusaka yang kian kelam ini,
hinggalah terbaring kejur menunggu lapuk...
hinggalah terlelap layu menanti lekang...
hinggalah terpinggir kaku ditelan gelora...
tatkala dirobek gelojoh cenangkas usia

harta ini lah menjadi raja kelopak watan melayu
harta ini lah tinggi gading darjatnya
suatu tepak mulus yang tiada harus hilang
dek usia dan kelibat putaran zaman semata
suatu zuriat tulus yang tiada harus hilang
dek rakus cakna di rantai hati manusia
harta ini lah menjadi paksi daulat bangsa...

Di bumi bertuah ini
kita cungkil segala berlian bahari ini
agar ia bisa menjadi ukiran bangsa
yang takkan pernah hakis
di alam atom kini...

Karya Nukilan : Firdaus Fikri
Machang, 18 Januari 08, 05 : 08

Kerisin Si Materos


Kerisin Si Materos

Mata kupingnya asyik mendengar bicara alam
yang galak berhikayat di pentas dunia
tatkala itu, dia tersedik akan zaujahnya
di atas laman bumi..
mereka berasmaraloka semalam
tapi..kini, semua itu hilang di lautan ingatan
lagu kasihnya pincang irama

Tubuh kaku pagannya itu
semakin layu dimamah duka
dek junjung mandat pimpinan
tabah jua dia menggalas cemat, kemudi galai..
merih tegangnya itu...
kian menyentap kamar sukma
menyambar rakus benih-benih lamunannya
lalu, ia kecai berguguran ke mana-mana
gigi-gigi tabah bersemi
di abad ranjau hidupnya

Puisi garang camar putih rona itu
matyai pada kerlingan si keloyang judas
ia akhirnya, merca pada biduk khilaf
empenak yang diluah sang bayu pagi itu
tidak sedikit pun merubah gusar atmanya itu
terus dia menjaring kerikil-kerikil asrar duniawi
inilah keagungan alam yang kedap tertulis
dalam diari Pencipta..

Renungannya itu tepat membelah bebukit hati
kemilau pulau-pulau impiaanya
mula bercantum gagah..
walau hanya berlayarkan keringat setitis
namun, tiada ia karam di lautan gelora
kembali tenang dia ke ranjau luka
untuk bisa mengecap nikmat Tuhan

Serambi hati si materos yang ligat bertingkah
memang hanya untuk terus berjuang dalam dunianya
larik bahasa keazaman telah menyuntik otak kakunya
dia lah seorang fakir di bumi benar
dia lah seorang insan di bumi sabar
dia hanya mampu kemudi kerisin di tengah lautan
menunggu saat galai berlabuh di akarnya..

Kapal-kapal itu berdengkur di malam lara
tidak jemu jua memanah arus ombak
memang ia sudah cula pada mitos alam
tanpa perlu berdehak dan cuak
pada kelibat sakti beliung kencang
walau ia ligat memanah kesunyian
walau ia harus mungut menolak dabik zaman

Dengan sauh tabah melayar suara azali
demi zaujah dan permata atmanya
dia terus kemudi....
tanpa hirau akan kematu di kaki jiwanya...

Karya : Firdaus Fikri
Machang , 16 Januari 08 , 10 : 04

Diari Hidup Seorang Pengembara Sastera


- Cucu Kepada Tuan Haji Ismail Haruan, Tuan Haji Abd Rahman Hj Yusof , Hajah Wan Minah Hj Wan Mamat, Hajah Saodah Harun , dan Hajah Asiah Hj Yusof
- Adik beradik , yang tersayang - Hasbullah Fikri, Hidayat Fikri, Fatihah Rashid, Sarah Rashid , Hamidah Rashid dan Fahmi Fikri
- 18 Tahun
- Anak Jati Kelantan
- Minat Mendalam Dalam Bidang Sastera
- Pernah Menuntut Di Smk Dato Ismail, Smk Hamzah 1, Machang dan Sk Pangkal Meleret, Machang pada tahun 1997 - 2007
- Punya 7 Adik Beradik. Antaranya Menuntut Di HKL dan Smk Hamzah
- Guru Pelatih Di Institut Peguruan Teknik, Kuala Lumpur
- Menuntut Dalam Jurusan Ijazah Sarjana Muda Pendidikan Dengan Sains ( Hons )
- Aktif Menulis Puisi
- Pernah Mewakili Negeri Dalam Beberapa Pertandingan Dalam Sastera , Zon Timur Dan Juga Zon Tengah - Mewakili Kelantan ( 06-07 ) dan Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur
( 08 dan seterusnya )
- Mantan MPR Zon Timur 2007 di Sutera Beach Resort, Mantan PPMBSN DBP 07 di Tok Senik Resort, Bengkel Penulisan Hujung Minggu di Sudara Beach Resort, Persatuan Penulis Kelantan, Vice President Of Celcom Xchange Abbasador di Riverview Hotel
- Pernah Menjayakan Program Bersama Para Pendidik Dan Pensyarah Serta Penulis-Penulis Terkenal Tanahair
- Antaranya Pengetua - Puan Nor Zilan Abd Ghani, Puan Normala Hamid, Cik Zalina Razak, Puan Zalina Ismail, Puan Normah Harun Dan Puan Faradilla serta En Azizul ( SMK Hamzah 1 ), En Anuar, En Zawahir Ismail , En Mahidin Awang Itam dan Puan Normala
( IP Teknik )
- Seterusnya, Dato' Razali ( KPM ), Dato' Dr. A. Samad Said, Nisah Haron, Rahimidin Zahari, Allahyarham Prof. S. Othman Kelantan, Saudari Rashiyah ( Johan Deklamasi Puisi Negeri 07 ), Nik Azri ( Dewan Sastera - BPHM ), Tongkat Jibril - Minggu Penulis Remaja, Shamsudin Othman, Cg Aminuddin ( Johan Deklamasi Puisi DBP - Pensyarah IP Kota Bharu ), Dima Mazlina, Pengarang Berita Harian, Nazmi Yaakub dan ramai lagi
- Hubungan Rapat Dengan Pengarah DBP Zon Timur, Pak Aziz Noor dan Perancang Bahasa DBP